Halo Januari 2015, berpelukan!!!! Yes, mari melangkah lebih jauh di tahun kambing kayu ini, walaupun banyak bisikan yang selalu bilang eh kamu ko pergi mulu, makin item ya, err boros banget sih, kapan nikah, jadi cewe kok engga bisa diem dan masih ada sejuta pertanyaan yang di kasi secara bertubi-tubi. Tapi semua bisikan itu malah menjadi rayuan untukku semakin ingin kabur menikmati keindahan pelosok negeri Indonesia. 

Resolusi tahun kemarin dan sudah terlaksana adalah mengunjungi Tana Toraja dan mengelilingi sebagian daerah sekitaran Danau Toba. Tana Toraja mengajarkan aku jangan takut sama tengkorak, mereka tidak mengerikan dan ini lho tradisi Indonesia yang keren banget, kuburan di dalam goa, tebing dengan boneka tau tau sebagai refleksi orang yang sudah meninggal dan itu luar biasa.

View Desa Tongging sering juga di sebut New Zealandnya Tanah Karo
Danau Toba adalah Danau Vulkanik yang terbesar di Asia Tenggara, di awal aku berpikir bahwa Danau Toba itu hanya bisa di lihat dari Parapat, ternyata salah besar, terlalu luas sehingga butuh waktu yang lumayan lama untuk mengitari perkampungan yang ada di tepian Danau Toba. Di tahun 2015 saya akan melanjutkan resolusi untuk mengelilingi daerah sekitaran Danau Toba. Di Bulan Januari ceria ini saya sudah berhasil kembali menyusuri  Pangururan, Tongging dan Simarjarunjung untuk menikmati keindahan Danau Toba. Yeay setengah dari Pulau Samosir yang ada di tengah Danau Toba sudah saya telusuri dan semua lokasi ini indah di tambah lagi budayanya, pecah lah!! 

Hutan Mati Papandayan
Hamparan Edelweiss
Penasaran dengan hutan mati di Papandayan, di bulan Maret ini saya memutuskan untuk menghabiskan cuti saya di sana. Informasi dari teman di bulan itu bakalan banyak bintang dan cuaca biasanya cerah. Berlari di sekitaran hamparan edelweiss adalah bonus yang luar biasa nantinya, mengingat Gunung Sibayak sudah tidak ada ladang edelweiss dan Gunung Sinabung sedang mengalami erupsi berkepanjangan. Di bulan Mei saya ingin mendaki Gunung Rinjani di Pulau Lombok, menikmati Danau Segara Anak, jujur saja untuk trip ini masih menjadi resolusi yang masih harap-harap cemas terealisasi atau tidak mengingat budget. Semoga ya bisa pergi . Mulai sekarang harus lebih rajin dan banyak nabung.

Setelah bermain di gunung saya ingin hopping island di kepulauan Seribu di Jakarta. Siapa bilang Jakarta itu hanya kota yang penuh dengan kepenatan dan hiruk pikuk, ayolah kawan nikmatin Jakarta dari sudut yang lain. Dan saya akan mencoba!  Menikmati teriknya mentari dan indahnya dalam laut. Pulau Banyak di Singkil, salah satu pulau di bagian barat Indonesia dengan hamparan pasir yang putih dan halus, birunya laut dan masih alami menjadi pesona utama serta masih sedikit di kunjungi para wisatawan. Keindahan dalam lautnya juga tidak kalah bagus, walaupun ini merupakan daerah rawan gempa tapi tidak menyurutkan niat saya untuk menjadikan salah satu destinasi di tahun kayu kambing ini.

Semoga semua rencana yang di buat bisa terlaksana dengan baik dan semua momen bisa di abadikan pake kamera hadiah dari ceritain resolusi perjalanan ini.  Ngarep banget !! Sebenarnya masih banyak yang mau di ceritain pengen kemana tapi mengingat tulisan ini saya ikutin dalam kontes “What’s your travel plan in 2015″ yang jumlah maksimal katanya 500 aja, jadi cukup sampai di sini yaa sayanya mau pergi dulu :)
Yakkkk akhir tahun, dan lusa udah tahun baru 2015, selamat datang!!!!
Sesuatu yang pasti umur juga bertambah satu tahun, grow old? uhhh yahhhhh this is life. 
2014 tahun yang penuh penuh penuh dengan berkat setidaknya buatku, banyak hal yang tidak terduga dan banyak dari rencana yang terealisasi walaupun ada yang engga, setidaknya semua berjalan dengan baik. mau review diri sendiri dulu ini yak ceritanya.

Bulan Maret 2014 akhirnya aku menghirup udara di Pulau Sulawesi, melihat tengkorak berserakan di Toraja dan merasakan dinginnya Batutumonga, melihat acara pernikahan yang unik banget di Enrekang, menikmati kopi paling enak di Bone Bone. Belang di tubuh kaya zebra dan menikmati ayam rica-rica paling enak dari Tanjung Bira. Gak sampai di sana, di bulan ini juga mengunjungi rumah sepupu dengan 10 ekor anjing di rumahnya, sepupu yang sudah lama tidak bertemu dan menikmati dinginnya serta hijaunya lahan pertanian di Batu Malang. Nah satu hal yang di pelajari di bulan ini setidaknya aku merasa sedikit di manfaatkan oleh temanku sendiri, walaupun mungkin dia tidak bermaksud demikian, tapi aku sangat tidak menghargai kebohongan. Tidak melihat pada status sosial dan lingkungan hidup orang lain, sekali temen ya tetep teman, kalo sampai ada yang aneh selamat tinggal :).

Di bulan April terpaksa harus menghirup udara rumah sakit lagi, Mama terpaksa di opname karena infeksi di bekas operasi kantong empedu dan mungkin sedikit stress dan sesuatu yang buruk buatku dia bilang pliss kamu jangan pergi ke Bangkok di bulan Mei nanti. Dan aku iya deh. Hehehe... apa yang di pelajari, berserah dan ga berpikir terlalu banyak atau stres nantinya. 

Di bulan Mei gagal ke Bangkok dan Kamboja. Waisak di Medan, kalem dan di bulan ini aku memutuskan untuk sendiri kedepannya. Ga ada yang perlu di bicarain lagi dan semakin belajar untuk melakukan semua hal sendiri. Tanpa merepotkan orang lain. Belajar untuk menginginkan sesuatu tanpa membebani orang lain ^^

Yeayy di bulan Juni membakar diri lagi di Karimun Jawa, snorkeling dan akhirnya aku yakin kalau aku butuh bikini buat selanjutnya. hahaha.... Mulai jatuh cinta dengan laut dan isinya, tapi tetep serem apalagi pertama kali liat karang yang tersusun. Gagal foto di penangkaran hiu tapi malah foto sama binatang yang aneh-aneh setidaknya karena jarang aku lihat. Sunset paling undah yang pernah aku lihat di dermaga Karimun Jawa, tapi tidak sempat mengabadikan dengan kamera karena ketinggalan di penginapan. hiksss.... Habis panas-panasan cari yang dingin-dingin di Bandungan, Candi Gedung Songo ada 9 di wilayah perbukitan, dingin dan berkabut. Tapi di Candi ke 9 langitnya biru dan keren. Berenang (padahal aku cuma berendam) di kolam renang yang airnya air gunung dinginnnnnnnnn bangetttttttttt, tapiiiiii pemandangannyaaa wow kerennnnn, kota Salatiga dan Rawa Pening Yesss, kamu harus coba setidaknya sekali seumur hidup deh, hanging pool at the mountain aku sebutnya. Ga terlupakan juga mendaki jalanan semen yang nanjak sejauh 1 Km hanya untuk ke pondok kopi, tapi semua terbayar dengan yah dingin dan viewnya. Paling menyenangkan ini aku travelling jauh dengan Sisi my very best partner in crime, eh travelling deh. Ketemu sama Yoh dan Vai. Satu lagi pelajaran deket bukan berati kamu bsia sesuak hati terhadap orang lain yak.

Keliling Toba lagi di bulan Juli, menyenangkan banget !! Setidaknya kembali  ke Bakkara, tembus ke Muara dan lihat Pulau Sibandang dari dekat di pagi hari saat bangun tidur. Pertama kali lihat sunset di Parapat, Mandi air soda di Tarutung dan menyusuri hutan pinus di Salib Kasih yang keren banget. Ga lupa aku pulang kampung dulu sebagai awal perjalanan dan yang tdiak terlupakan sunrise di Tele walaupun mendung. Huwaa Danau Toba beruntung aku bisa muter-muter walaupun belum semua.

Agustus bulan hujan ngerasain capenya dalam sehari berangkat dari Tangkahan menuju ke Samosir demi konser Herman Delago, hampir kelilit ular tapi ga jadi haha karena di teriakin sama Bayu, untung aja respons cepet...di mandiin sama Theo lagi di Tangkahan. Bulan di  mana aku galau karena prinsip kegugat sedikit hahaha.....  Semua bisa berjalan dengan cepat tanpa bisa di kontrol :) Mulai sibuk main online game COC ini kayanya.

Mulai dari Bulan September mulai banyak undangan berdatangan, dan pertanyaan tetep sama, hehe masa iya nerima terus, ngundangnya kapan???
Aku cuma bisa jawab hahaha santaiiiii, di tunggu aja yaaa ^^ Dan di bulan ini nenek sempat masuk rumah sakit, sakitnay itus ampe hilang kesadaran. Di rawat hampir setengah bulan dan aku ga pulang ke rumah selama itu. Semau aktivitas berlangsung di rumah sakit. Ternyata rasa hampir kehilangan itu berat banget, setidaknya nenek itu pengganti sosok orang tua beberapa tahun belakangan. Puji Tuhan, nenek bisa sembuh, walaupun sebenarnya aku sudah pasrah banget. 

Danau Toba lagi di Oktober awalnya cuma berdua eh jadi berenam, menyenangkan. Menyusuri Desa Harain Boho, dan ternyata selama ini itu desa yang terlihat dari Tele dan Air terjun itu Efrata dari deket aslinya keren banget. Puas !!! Sebagian dari Samosir terjelajahi lagi. Horeeeee....... Nah akhir bulan ini aku ujian CPNS, kamu boleh ketawa karen aini sepertinya aku menjilat ludah sendiri. ga enak ternyata, tapi ap adaya aku lulus seleksi berkas. Ikut ujian dapat urutan nomer satu di bidangku tes CAT nya. hehe.. kalo rezeki ya semogaa dapat, kalo engga juga ga apa-apa. Nah di bulan ini belajar tentang kebaikan, kebaikan yang kita lakukan mungkin akan di bales sama orang lain. jadi santai aja :) Pak Cipto makasii yaaaaaaaa uda kabarin kalo aku lulusss....

November, make over jadi cewe India. Habis make up malah di ketawain, wahhhh Ini sih bukan India jadinya, malah Jepang... oke fine!!!! Tampil deh jadi gadis berwajah Jepang berpakain Saree India, happy wedding my dear friend Pina ^^. Mamaku ketawa habis habis an akibat gagal make up India, eh malah di sangka boneka Jepang akunya. 

Awal Desember dapat kabar aku lulus buat ikutan interview, dan sedikit mengecewakan karana pertanyaannya bikin sakit kepala dan sedikit sakit di hati. haha... Untungnya tidak berharap terlalu banyak. Seperti biasa tiap Desember pulang bantuin di toko. cape :P Sekarang bantun buat ta dulu yak, nah besok libur jadi updatenya hari ini ajah.  Oh iyaaaaa tulisanku 2 biji di muat di majalah internal Adira, tapi masa iya aku asal dari Asahan jelas di profil aku dari Medan. huhu...

Katanya kalau dewasa itu ga terpatok sama usia, usia semakin tua belum tentu dewasa, bisa aja masih seperti anak-anak. Katanya lagi kalau kedewasaan itu terlihat dari sikapnya, bagaimana seseorang itu menyikapi dan mengatasi masalah.

Katanya untuk mengubah kebiasaan, hal yang baru harus di lakukan setiap hari selama 21 hari. Misalnya nih, bangun pagi, sikat gigi sebelum tidur, cuci muka sebelum tidur ataupun yang lainnya sesuai dengan apa yang kita mau.

Katanya percuma banget yak, kalau kita ingin banyak bicara tapi ternyata lawan bicara kita ga ngerti apa yang sedang di bahas. Bisa aja karena ga mau tau, ga tertarik atau pun mungkin ga peduli.

Katanya sebagai manusia itu harus bisa bersabar menghadapi semua yang terjadi,  baik atau buruk, senang ataupun tidak menyenangkan. Dengan bersabar maka akan di sayang sama Tuhan dan akan di anggap baik sama orang sekitar.

Katanya lagi untuk tetap betah dengan kantor tempat bekerja, belajarlah untuk mencintai pekerjaan anda. Sekalipun ga cinta belajarlah untuk mencintainya dengan demikian hasil kerjaan akan jauh lebih bagus,

Katanya cinta itu buta, ga akan melihat lagi kaya atau miskin, jelek atau cantik, jahat atau baik, nakal atau tidak, pintar atau bodoh. Cinta akan merubah segalanya di saat dia sedang tumbuh dan mekar, tapi di saat layu cinta itu sudah engga buta.

Katanya lagi menolong orang itu harus tanpa pamrih, yakin aja kebaikan yang kamu lakukan akan kembali lagi ga harus dari orang yang di baikin, tetapi dari orang lain.

Katanya selingkuh itu engga cuma sekedar pergi bersama cewe atau cowo yang lain, selingkuh juga bisa melalui mata dengan alasan pembelaan upss itu cuma nafsu. hehe...

Katanya harus berbakti sama orang tua, jadi apa yang akan kita lakuin semuanya akan berjalan dengan lancar dan baik, berkat doa mereka.

Katanya harus bisa memaafkan orang lain, walaupun salahnya uda berkali-kali. tetep harus maaf maafan.

Katanya sebisa mungkin jangan bergantung dengan orang lain, jangan meminta dan jangan terlalu sering menerima. hehe jadi kalo lagi pacaran ga usa rajin minta, kalo di kasi syukur kalo ga ya udah ga apa, nanti bsia beli sendiri. kalo ga bisa ya uda ga usa  punya.

Katanya harus saling percaya, dengan adanya rasa saling percaya semua urusan dan hubungan bisa berjalan dengan baik.  oh iya, di tambah lagi dengan saling pengertian kemudian di tambah gula biar lebih manis.

Katanya apa yang kita tanam, itu yang akan kita dapat kalo di ladang, sama si kaya hidup, tanam kebaikan maka akan dapat kebaikan, kalo tanam yg jahat maka dapat deh yang jahatnya.

Katanya harus saling menghargai perasaan dan menghargai orang lain. hehe mencari kesenangan dengan cara masing-masing entah itu bagaimana caranya asal tidak mengganggu dan menyakiti orang lain.

Katanya jangn memaksakan kehendak kamu kepada orang lain, itu engga baik.

dih katanya dari tadi ga habis-habis.. hah cape!!! masih banyak katanya yang lain. ntar kalo inget baru deh aku tulis. yang aku tau skrg cuma lihat, coba pahami, diam :) dan mungkin perlahan hilang di telan bumi.

Beruntung ada plat kuning sehingga mudah untuk membedakan yang mana transportasi umum dan mana yang milik pribadi. Kendaraan pribadi dan umum sama bentuknya di Toraja.  Destinasi berikutnya adalah Enrekang sekitar 3 jam jarak waktu  dari Toraja.  Berhubung naik transportasi umum, di butuhkan waktu lebih dari 3 jam dan beberapa kali ganti angkutan.  Dari Rantepao, ke pusat kota Toraja, kemudian ke Cakke dan kemudian Enrekang.  Setibanya di Enrekang sudah sore. Udaranya dingin, karena masih terletak di dataran tinggi. Beruntungnya hari ini tidak hujan. Tidak banyak yang bisa di lakukan, apalagi hari sudah mulai gelap. Sehabis makan malam, saya di ajak untuk menghadiri pesta pernikahan. Kebetulan saya tinggal di rumah penduduk Enrekang. Pukul  delapan kami sampai di tempat pesta, banyak makanan yang di sajikan khas Sulawesi ada coto dan ada kue-kue tradisional.  Sambil ngemil saya memperhatikan keadaan pesta sekitar, ada pemain musik dan penyanyinya dan sanak keluarga serta orang kampung yang sibuk mengambil makanan dan menikmatinya. Pandangan saya tertuju pada pengantin, dia sendiri tanpa ada pria pendamping. Dalam hati saya berpikir mungkin sedang ke toilet pengantin prianya. Hampir setengah jam saya perhatikan, masih saja pengantin perempuannya sendiri. Penuh rasa penasaran saya bertanya pada tante yang mengajak saya, di mana pengantin prianya, wah ternyata pada saat pesta ini pengantin prianya tidak hadir. Pengantin pria hanya hadir di saat akad nikah nanti dan diadakan resepsi sekali lagi. Yang saya hadiri saat ini adalah resepsi sebelum menikah. Wah, baru pertama kali saya lihat seperti ini. Berbeda lokasi berbeda budaya, unik tapi menyenangkan.

Kabupaten Enrekang terkenal dengan hasil pertaniannya, sepanjang jalan pulang ke rumah saya melihat penduduk sekitar sedang merapikan bawang merah hasil panen, lagi musim katanya. Satu lagi yang khas dari daerah ini Dangke, keju lokal Enrekang, hasil fermentasi susu yang biasa di jadikan lauk atau di makan langsung. Keterbatasan waktu membuatku tidak bisa menjelajahi semua bagian kabupaten ini, di pagi hari yang cerah saya habiskan di “resting” tempat peristirahatan yang terletak di pinggir jalan.  Pemandangan yang di suguhkan benar-benar membuat nyaman, salah satu gunung yang terkenal  adalah Gunung Buttu Kabobong. Gunung ini terkenal karena bentuknya yang unik, yaitu menyerupai alat kelamin perempuan dan sering di sebut Gunung Nona.  Dominasi warna hijau, langit biru dan barisan gunung dan bukitnya sempurna. Sepanjang jalan menuju resting pemandangannya juga tidak kalah bagusnya. Keren!!!

Sebuah desa yang masih dalam ruang lingkup kabupaten ini menjadi salah satu tujuan utamaku yaitu Desa Bone Bone yang berjarak 50 km dari Enrekang.  Hal yang sangat menarik ini adalah satu-satunya desa yang bebas asap rokok, penghasil kopi dan beras pulut mandotti.  Pak Idris adalah pencetus awal menciptakan desa bebas rokok, awalnya sangat sulit, secara bertahap melalui musyawarah semua penduduk sepakat dengan idenya.  Pak Idris juga sering di undang dalam pertemuan nasional bahkan internasional berkaitan dengan prestasi desa bebas asap rokok. Kopi menjadi salah satu yang selalu di promosikan Pak Idris, kopi hasil Bone Bone enak rasanya dan pernah menang sebagai juara 1 kopi arabica terbaik saat kontes kopi di Bali pada tahun 2008.

Akses ke desa ini cukup sulit, dalam seminggu hanya ada 2 kali transportasi umum .  Jalanannya tidak terlalu bersahabat, jalanan bukit, tidak lebar dan berlubang. Di beberapa bagian jalanan di buat dari campuran semen. Satu momen yang saya ingat ketika ada mobil rusak di jalanan, mobil yang saya tumpangin benar-benar harus berhati-hati melewati mobil rusak tersebut,  jalanan sangat sempit dan jarak dengan jurang tinggal sedikit. Pembatas jalan tidak ada.  Tiba di Bone Bone kita menuju ke rumah Pak Idris, nah satu hal lagi sinyal telekomunikasi disini masih sulit, harus cari sinyal di tempat tertentu. Kita di sambut dengan kopi yang rasanya enak dan cemilan dari beras pulut mandotti, mirip dengan dodol.  Udaranya segar, desanya asri dan tenang.  Lagi-lagi keterbatasan waktu saya hanya bisa mengitari sedikit dari kampung ini. Tapi ini menyenangkan dan tidak akan terlupakan.  Pak Idris bercerita tentang proses terciptanya desa bersih ini, bahkan ada orang dari luar negeri sengaja datang untuk membuktikan konsistensi program ini.  Tidak berasa hari udah siang dan sebelum matahari terbenam kami harus sudah berada di Enrekang, mengingat jalan yang tidak bersahabat dan tidak ada penerangan di sepanjang jalan.  Wah kuburan batu juga ada di sini lho besar dan di batasi oleh sungai yang di sebut situs makam tontonan.  




Negeri di atas awan sebutan untuk kampung yang bernama Batutumongga yang terletak di lereng Gunung Sesean di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Hal yang paling menarik dari daerah ini adalah menikmati pemandangan Tana Toraja dari ketinggian. Salah satu destinasi yang sudah aku wajibkan harus di kunjungi. Akses ke sini tidak mudah, jalanan yang cenderung menanjak dan tidak terlalu mulus, angkutan umum juga jarang, dan kami memilih untuk menggunakan sepeda motor yang di sewa. Angkutan umum dapat di cari melalui Pasar Bolu. 

Hujan sisa tadi malam membuat pagi ini terasa lebih dingin, jam 7.00 pagi selesai sarapan kami berangkat ke Batutumongga. Berharap hari ini akan cerah, jas hujan tidak ketinggalan dan jaket untuk melindungi badan. Masi meraba jalan dan bermodalkan bertanya pada penduduk kami menyusuri kota Toraja menuju ke Batutumongga. Wah jalannya menanjak dan berlubang serta tergolong sepi. Jarak waktu yang di tempuh sekitar satu jam lebih. Udara jauh lebih dingin dari di kota, tetapi matahari hari ini sangat bersahabat, cerah dan menghangatkan. Di Batutumongga, ciri khas Tana Toraja, rumah tongkonan dan kuburan batu bisa kita lihat di sepanjang jalan yang di lewati. Nah, pemandangan yang bagus banget akhirnya kita temukan. Awan-awan sudah berpencar, untuk melihat  negeri di atas awan harus tiba lebih pagi, saya dan teman-teman sudah kesiangan. Tapi tak mengapa, karena pemandangan alamnya sangat menyejukkan mata. Senang!! Tidak banyak yang bsia kita lakukan disini selain menikmati pemandangan. 

Perjalanan kemudian kami lanjutkan, dengan tujuan ke Lokomata yang merupakan kuburan batu yang masih di pakai hingga sekarang.  Batu-batu dengan ukuran besar di lubangi untuk menyimpan jenazah dan terletak di pinggir jalan, berbeda dengan kuburan batu lainnya seperti Londa dan Lemo. Di daerah ini, kita harus berhati-hati  untuk duduk atau melompati batu-batu besar yang ada, karena dominan batu tersebut adalah kuburan. Bori Parinding adalah tujuan kita berikutnya, disini kita bisa melihat batu menhir dalam jumlah yang cukup banyak. 

Diluar dugaan kita menemukan lokasi kuburan bayi, seperti Bayi Kambira di Tana Toraja. Wah, aku senang bukan main, penasaran rasanya ingin lihat pohon yang di jadikan kuburan, di sini namanya Pana. Berjalan lebih kurang 25 meter memasuki hutan kita bisa menemukan pohon yang di pakai untuk di jadikan kuburan. 

Batang pohonnya di lubangin, kemudian jenazah bayi di masukkan di dalam, menurut cerita bapak yang menjaga lokasi ini, bayi yang dikubur di bungkus dengan kain, dan biasanya tidak di adakan acara apapun kemudian di kuburkan oleh ayahnya. Janin yang belum jadi (akibat keguguran) juga di kuburkan di dalam. Ada kuburan batu juga, letaknya di tebing dan di batasi oleh jurang. Terlihat sangat tua dan sedikit menyeramkan, Kuburan ini sudah tidak di pakai lagi. 

Sepertinya kita uda mengitari lereng Gunung Sesean, dan tiba di desa Bori Parinding. Ada Tongkonan Batu dan disini kami bertemu dengan ibu Linpas, penduduk lokal. Ibu ini yang memberi tahu kami jalan menuju ke Batu Menhir, ternyata sudah tidak jauh dari komplek Tongkonan Batu.  Terdapat batu menhir atau megalit berjumlah sekira 102 dengan ukuran yang bervariasi 24 menhir berukuran besar, 24  sedang dan 54 menhir lainnya berukuran relatif kecil. Keberadaan batu menhir di lokasi ini adalah untuk menghormati pemuka masyarakat yang meninggal dunia. Tapi tidak sembarang orang dapat dibuatkan menhir atau biasa disebut simbuang batu ini. Simbuang batu hanya dibuat bagi mereka yang memenuhi tingkat Rapasan Sapurandanan, 
yaitu keadaan dimana kerbau yang dipotong pada upacara penguburannya minimal 24 ekor. Tradisi membuat simbuang batu ini telah dipraktekkan sejak ratusan tahun lalu. Berdasarkan catatan, Bori pertama kali dijadikan lokasi upacara pada 1657. Saat itu kabarnya sekira 100 ekor kerbau dikorbankan dan dua simbuang batu didirikan dalam upacara pemakaman Ne’Ramba’. Di tahun 1807, sekira 200 ekor kerbau dikorbankan dan 5 buah simbuang batu didirikan pada acara pemakaman Tonapa Ne’Padda’. Menhir terbesar dan tertinggi di kawasan ini konon didirikan tahun 1935 pada upacara pemakaman Lai Datu (Ne’ Kase’).  Menhir terakhir yang didirikan di Bori tercatat di tahun 1962 pada upacara pemakaman Sa’pang (Ne’Lai).(sumber : wonderful Indonesia). Batu-batunya mengagumkan :) Nah disini juga ada uburan batu yang mirip dengan Lokomata.

Kami kembali ke kota bersama dengan Ibu Linpas, jalannya lebih dekat dan ternyata benar kami mengelilingi lereng gunung seharian ini. Di depan setiap Tongkonan batu utama ada tongkonan yang di pakai sebagai tempat penyimpanan padi (di jadikan lumbung padi). Setiap tamu yang datang akan di jamu di tongkonan batu utama, tetapi bila ada masalah dalam rumah tangga, maka keluarga akan bertemu dan bermusyawarah di tongkonan yang di pakai sebagai lumbung padi. Ibu Linpas bercerita banyak tentang tongkonan, tidak hanya itu kami di ajak untuk mengunjungi tongkonan milik keluarga mereka dan bisa di pakai untuk menginap lho. Pemandangan di sekitar tongkonan batu juga ga kalah menarik. Keren!! Sesampai di kota, kita di ajak untuk makan mi ayam. Ah ternyata ada mi ayam juga di sini, dan taadaaaa ini mi sop kalo di medan. Bihun dengan kuah ayam dan daging ayam goreng di suir halus serta dengan rasa yang engga jauh berbeda. mengobati sedikit kerinduanku tehadap Medan asalku. hehe.. Kami pun berpisah karena masing-masing akan melanjutkan perjalanan dengan tujuan yang berbeda. Aku sendiri akan menuju ke Enrekang. 
Gimana yak rasanya ada di dalam gua yang di penuhi dengan tengkorak ataupun di dalamnya ada mayat manusia yang baru meninggal? Humm apa mereka engga seram yak di dalam? Ini pemikiranku tiap melihat liputan tentang daerah Toraja yang berada di Sulawesi Selatan. Tiap habis nonton liputan ini aku selalu ucap dalam hati "suatu saat aku harus di sana dan tau rasanya gimana". Niat!!

Maret 2014 setelah reschedule jadwal pesawat beberapa kali sampai juga aku di Makassar, gerbang utama Pulau Sulawesi, salah satu bandara yang paling bagus sebelum bandara Kota Medan di Indonesia. Miniatur kapal Phinissi di beberapa titik bandara yang merupakan ciri khas pulau ini, di mana orang Bugis adalah yang paling terampil untuk pembuatannya. Temen baru lagi pastinya, ada Ko Mike dan Ci Vi serta Hamka (ni yg punya kampung di Makassar), ada teman Ko Mike juga Ko Hendro yang jemput kita dari bandara dan anterin sampai rumah Hamka serta beliin kita cemilan. Satu hari ini di Makassar mampir ke Pantai Losari, tepat di pinggir kota dan kotor. Dekat dengan tempat bersejarah Benteng Rotterdam yang kalau di lihat dari atas mirip bentuk penyu. Ketemu juga sama anak yang satu kampung dengan aku bahkan satu sekolah, dan baru ketemu di jejaring sosial serta janjian di Makassar. Ajaib yak media sosial, halo Jun ^^. Sebelum semua-semuanya kita udah beli tiket bus Bintang Prima untuk ke Tana Toraja, seharga Rp. 140.000 dengan lama perjalanan sekitar 9 jam. Aku rasa ini engga mahal, karena bus nya nyaman banget, luas dan adem. Jam 10 malam bus mulai jalan, dan yeahhh Tana Toraja aku datang. Bus menuju Toraja adalah bus yang paling terkenal kenyamanannya, bener banget, luas, lapang dan bebas selonjoran serta empuk. Tidak bisa memperhatikan jalanan kali ini, gelap. Satu lagi yang aku inget dengan kota ini jalanannya lebar-lebar.

Jam 6 pagi tiba di Toraja, yeayyy selamat datang di Tana Toraja. kita ga perlu cari penginapan lagi karena sepupunya Hamka sudah menjemput dan kita akan nginap di rumah mereka. Wah beruntung yak, rumahnya ada tepat di tengah kota. Hari ini kita mulai merencanakana kan kemana, setelah mandi dan beberes kita mencari tempat penyewaan motor, seharinya Rp75.000. Siap untuk berangkat. Kete Kesu menjadi tujuan pertama kita, sejumlah rumah Tongkonan berderet di sini lengkap dengan tanduk kerbau yang menghiasi bagian depan rumah. Berjalan sedikit ke arah belakang ahaaa ada kandang tedong, tedong itu sebutan untuk kerbau yang di sembelih, semakin sedikit warna hitam di tubuh tedong harganya semakin mahal (tedong bonga sebutannya, mungkin kalo menurut ku pribadi ini adalah kerbau albino, cuma ini ras khusus katanya). Di paling belakang ada tebing batu dan ternyata ini ada lah kuburan batu. Jalan menanjak, dan di tepi tebing kita disuguhi peti mati batu serta tumpukan tulang-tulang manusia yang usianya uda lama banget. Merinding sih awalnya, cuma jadi terbiasa deh. Beberapa kepala tengkorak di susun dengan rapi mungkin untuk mengurangi rasa seram. Akhirnya yak aku lihat tengkorak asli. Di puncak tebing ada goa, dalamnya gak kalah membuat merinding, banyak peti mati, sama seperti di atas tulang dan tengkorak berserakan, hanya saja di sini di lengkapi dengan beberapa barang yang ternyata ini adalah milik orang yang sudah meninggal sebelumnya. Di dalam goa bila mau kita bisa masuk lebih dalam lagi, ada mayat orang yang baru 3 bulan meninggal, tapi aku menolak untuk melihat, terlalu gelap untuk ke atas. Bisa-bisa aku pingsan karena gelapnya bukan karena mayatnya.

Londa, tujuan setelah Kete Kesu. Kita meraba jalanan sambil bertanya kepada penduduk setempat, karena ada beberapa lokasi yang engga ada petunjuk. Londa juga tebing batu yang di jadikan kuburan, tinggi banget dan aku kagum, sumpah! Tebing ini dipakai menjadi kuburan hingga di bagian atasnya, bayangkan gimana ngangkat peti nya. Disini butuh guide untuk masuk, Rp.30.000 untuk sewa lampu petronas dan tip buat guide yang anter. Menyenagkan sekali kami dapat bapak guide yang ramah, bisa motoin dan cerita banyak hal. Nah bagian paling atas tebing adalah untuk golongan bangsawan, di sini bangsawan di sebut golongan darah putih, dan setiap orang yang meninggal di buatin replika bonekanya dari kayu nangka yang di sebut tau-tau. Bagian paling bawah adalahuntuk kalangan masyarakat biasa. Londa sangat mengagumkan, kita di ajak untuk memasuki perut gua, biasanya aku amsuk ke gua kelelawar kali ini aku masuk ke gua yang berisi mayat dan tulang. beberapa spot foto di tawarin sama guide, dan tiap poto aku ga sadar ternyata di belakang atau samping bahkan atas itu ada tengkorak dan peti mati. Tapi ga ada rasa takut sedikit pun, dan aku sangat tertarik. Ada tengkorak romeo dan juliet juga disini, di mana mereka semasa hidup saling mencintai tapi tidak bisa bersama karena berbeda golongan. Senang banget rasanya, dulu aku cuma liat di tivi dan sekarang ada di depanku bahkan bisa ku sentuh. Saat keluar guidenya menawarkan mau lewat goa ketawa? Kita bingung kenapa ketawa, bapak cuma jawab lewat dulu baru tau. Okey, kita lewat goanya panjang 20 meter dan harus di lewati dengan merangkak. Selama merangkak semuanya ketawa, ketawa karena sempit, karena harus merangkak dan alasan apapun  sehingga di sebut goa ketawa. Sampai di pintu goa ketawa, tetep pemandangannya tengkorak yang disusun rapi di atas batu. Keren!!! Di Londa dari berempat kita jadi berdelapan, ada kenalan orang baru yang kebetulan main ke sana.



Lemo, juga merupakan kuburan batu, masih juga di tebing tapi engga setinggi Londa. Ketika kami sampai di sini, pakaian tau-tau yang ada di depan tebing baru saja di ganti dengan pakaiana baru. Kuburannya kelihatan jelas karena di tebingnya sudah ada kotak-kotak yang merupakan pintu kecil. Sedikit  menyesal yak, harusnya datang ke Toraja bersamaan dengan kunjungan Bapak Presiden, banyak acara dan ada acara manene juga. Manene adalah acara adat orang Toraja, yaitu mengganti pakaian leluhur yang sudah meninggal. Tepatnya bagaimana aku kurang tahu, bingung mau tanya ke mana, di Lemo ga ada guide. Tapi ada beberapa sumber yang aku baca, bahwa acara manene ini adalah dengan membangunkan jenazah, kemudian dia akan berjalan sendiri keluar dari makamnya. Semacam zombie, dan aku berharap suatu saat bisa menyaksikan acara ini. Untuk sekarang mungkin sudah mulai tidak ada kata mamanya Hamka. Acara Manene sekarang sudah engga ada jenazah berjalan Di daerah Lemo, aku beli kain khas Toraja. Asik kain tenun asli dengan budget lumayan. hehehe.

Duh ternyata di sini sama kaya di kampungku pada makan daging anjing, huwaaa... aku harus berhati-hati memilih makanan. Makanan khas Toraja itu papiong, cuma engga halal dan aku engga sempat coba karena keterbatasan waktu, dia itu mirip lemang, tapi terbuat dari beras di isi dengan daging kemudian di bungkus daun, di  masukkan dalam bambu kemudian di bakar. Ada juga sayur yang di masak dengan batang pohon pisang, yang ini mirip makanan Karo. Sayang yak aku ga sempat coba semua :( . Tapi pedasnya Lombok Katokkon khas Toraja sempat aku rasa. Kesempatan makan di luar sangat sedikit, karena kita udah di suguhin masakan di rumah sepupunya Hamka. Sore ini hujan, perjalanan menuju ke Bayi Kambira terpaksa batal, kita kembali ke rumah untuk beristirahat saja dan sedikit waktu senggang aku pakai untuk berkeliling di daerah pasar yang engga jauh dari rumah. sedikit tentang Bayi Kambira, ini adalah kuburan untuk anak-anak yang belum tumbuh gigi. Tubuh anak tersebut di masukkan kedalam batang pohon yang sudah di lubangi terlebih dahulu kemudian di tutup dengan anyaman bambu. Hujan kembali mengguyur malam ini, jadilah kita beristirahat di rumah untuk melanjutkan perjalanan besok ke Batutumonga dan sekitarnya. ^^
Warna orens mendominasi langit sore itu, di pinggir dermaga bersama sekaleng minuman aku duduk menatap senja. Dalam beberapa menit ke depan matahari akan kembali ke peraduannya dan mungkin besok akan kembali lagi, bisa jadi tidak seindah hari ini karena di temani oleh awan abu-abu. Kalengnya udah kosong, langitnya udah jadi gelap, berganti dengan sosok bulan dengan sinar tipis serta bintang yang muncul satu per satu. Entah berapa jam sudah di habiskan di sana, angin mulai menusuk-nusuk kulit, dinginnya berasa hingga ke tulang, hadeh jaket terlupakan.

Masih jam 7 malam, dermaga masih ramai, ada anak-anak yang belum cape bermain seharian, saling kejar, bercanda dan saling pukul, yahhh satunya nangis, lututnya berdarah, dia tersandung batu. Teman yang lain mencoba menolong, mengambil daun-daunan hijau di pinggir jalan kemudian di remas dan di taruh di atas luka. Sambil meringis menahan sakit, anak itu berusaha untuk bangun dan diiringi teman yang lain berjalan pulang menuju rumah. Mungkin dalam hati, selain meringis menahan sakit, bisa jadi dia juga ketakutan akan di marahi sama ibu atau ayahnya.

Humm aroma baso bakar, ah ada abang penjual baso bakar juga di sini, sekelilingnya lumayan ramai orang menunggu giliran untuk menyemil. Wajar saja basonya laris, cuma dia penjual cemilan di sana, eh ada satu lagi ternyata tapi dia hanya menjual minuman dan rokok. Ah mereka berbagi rezeki, biar adil. Sejenak aku melihat telepon genggamku, ah engga ada sinyal, celingak celinguk berharap di samping penjual baso dan minuman ada yang jualan sinyal. Tapi ternyata engga.

Di ujung dermaga ada yang sedang duduk, ada yang berdua-duaan, mungkin lagi berbagi cerita atau berbagi cinta, bisa juga berbagi duka, aku engga tau. Di ujung satunya lagi beberapa anak muda berkumpul, nyalain rokok aku rasa, karena ada asap mengepul dari kerumunan mereka. Sesekali terdengar suara tawa yang cukup keras. Aku yakin banget yang sedang berduaan merasa terganggu, karena mereka pindah mencari tempat yang lain. hahaha..

Nah di simpang jalan sebelum dermaga, parkir sebuah beca dayung, uda cukup tua, catnya luntur terkelupas di beberapa bagian, model sepedanya juga udah kuno, posisi atapnya juga udah bengkok sedikit. Ada bapak sedang duduk di atas beca, aku rasa dia menunggu penumpang yang udah lelah menghabiskan waktu di dermaga, atau  sampe sore begini dia belum dapat cukup uang untuk di bawa pulang, raut wajah lelahnya tergores jelas. 

Aih aku bener-bener mulai kedinginan, masih betah lama-lama di sini. Aku beli sekaleng minuman lagi, balik pulang ah. Aku minta di anterin aja sama bapak yang punya becak. Okei bapaknya minta 10000 Rupiah untuk biaya anterin aku pulang. Jarak ke rumah engga terlalu jauh, tapi uda malam, gak apa deh. Bapaknya, terpaksa narik beca di malam hari, karena pendapatan dari pekerjaannya di siang hari sebagai kuli bangunan engga cukup.  Tapi dia cukup bahagia anak-anaknya akan berhasil sebentar lagi. yang satu akan selesai kuliah, tinggal sidang, dan satunya lagi sudah semester enam. Suara lari-lari kecil si hitam udah terdengar, begitu buka pagar dia langsung melompat ke arahku. Si kecil kesayanganku, peluk dan ku gendong sampai masuk ke kamar. Ah mari rebahan ..