Pendakian Pusuk Buhit Sang Gunung Keramat Suku Batak (Bagian 1)

/
0 Comments
Pusuk buhit adalah sebuah gunung paling tinggi di sekitaran Danu Toba dengan ketinggian 1900 m di atas permukaan laut. Danau Toba berada di Sumatera Utara dan ditengahnya terdapat pulau Samosir. Pusuk Buhit masih terletak di Pulau Sumatera, tetapi hanya berjarak satu setengah jam dari Pulau Samosir. Sedikit dari cerita penduduk setempat, dulunya Pulau Samosir dan Pulau Sumatera adalah satu daratan. Pada zaman penjajahan Belanda untuk menghindari pemberontakan maka di keruklah sebagian daratan yang menghubungkan kedua pulau ini. Saat ini kedua daratan ini di satukan oleh sebuah jembatan yang di sebut Tanah Ponggol (ini adalah bahasa Batak yang artinya Tanah Putus).

Mi Gomak
Perjalanan di mulai dari Kota Medan, hari Jumat tanggal 12 April 2013. 4 jam perjalanan menuju ke Parapat terlebih dahulu. Perjalanan ini saya lakukan hanya berdua dengan teman dari luar kota bernama Hamka. Hampir tengah malam tiba di Parapat, tidak ada kapal lagi untuk menyebrang ke Pulau Samosir dan kami  menginap di rumah salah satu teman yang berdomisili di Parapat. Pukul 6.00 pagi saya sudah terjaga bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan. Kapal ferry paling pagi ke Tuk-tuk adalah pukul 08.30 WIB.  Sembari menunggu kapal kami memutuskan untuk mengunjungi pasar di Parapat yang ternyata sudah mulai ramai dari jam 3.00 WIB dini hari tadi, saat saya masih tidur dengan pulas. Sarapan pagi ini adalah Mi Gomak. Namanya di sebut Mi Gomak, karena cara mengambil mi adalah dengan cengkaraman telapak tangan (istilah bahasanya dalam bahasa Batak adalah Gomak). Mi-nya adalah mi lidi kuning yang sudah di rebus, kemudian di siram dengan kuah santan, sejenis dengan kuah santan untuk lontong. Semakin lengkap dengan di tambahkan sambel merah, ikan asin serta kerupuk merah putih dan secangkir teh manis panas. Tidak hanya ini saya pun melanjutkan mencari kue khas Batak, namanya ombus-ombus. Sambil berjalan saya menikmati kue ini.

Penyebrangan Ajibata 
45 menit untuk menyebrang ke Pulau Samosir tepatnya ke Tuk Tuk dan cukup membayar Rp.10.000 untuk satu kali penyebrangan.  Karena belum memesan kamar hotel, kami cari kamar dulu. Carolina menjadi pilihan utama, selain harga terjangkau kamarnya juga asyik, eh ternyata udah penuh, mungkin karena akhir minggu. Akhirnya kami berjalan mengitari sebagian Tuk Tuk dan menginap di Bernard Guest House, Rp.100.000 per malam dan kamarnya lumayan, hanya saja  kamar mandinya gak ada gantungan baju dan perlengkapan mandi. Cuaca di luar mendung, mengingat waktu yang terbatas kita memutuskan untuk berangkat, setidaknya kalau tidak sempat untuk mendaki kita cari tahu lokasi awal pendakian Pusuk Buhit.

narsis saat touring ^^
Sewa motor untuk satu hari Rp. 80.000 sudah termasuk bbm penuh. Cukup meninggalkan KTP sebagai jaminan. Siap untuk berangkat! Jalan dikit eh, hujan turun, akhirnya kita mutusin untuk berteduh sejenak. Selama perjalanan kita beberapa kali berteduh karena hujannya berhenti dan turun lagi. Yak walaupun berhenti beberapa kali, gak mengubah niat saya dan Hamka untuk berhenti. Kita jalani aja terus dan selama berteduh kita menikmati sitausi di sekitar, dan gak terlalu mengecewakan karena pemandangan selama perjalanan itu bagus-bagus banget. Bahkan pohon-pohon di sepanjang jalannya berwarna dan membentuk sebuah komposisi pemandangan yang keren. Sesekali berantem dalam obrolan. Yang penting senang-senang.:) Sedikit tentang perjalanan bermula dari Tuk-Tuk kemudian melewati Ambarita. Di Ambarita bisa menikmati pemandangan hamparan padi hijau dan perbukitan hijau. Keren! Setelah itu kita melewati Sialagan dan Simanindo di mana masih banyak rumah penduduk dengan motif khas rumah Batak. Di Simanindo ada museum Batak, dan sepanjang perjalanan kita bisa melihat kuburan-kuburan tua Raja Batak seperti Raja Simarmata, Raja Turnip dan Raja Batak lainnya. Perjalanan ini hampir satu setengah jam sebelum sampai ke Pangururan. Senang-senang pokoknya!!

Selamat datang di Pangururan, cuaca cerah dan gak hujan lagi. Yeay ! Tujuan selanjutnya adalah Desa  Sianjur Mula Mula, yang merupakan desa awal pendakian Pusuk Buhit. Berhubung kita sama-sama gak pernah kemari langkah pertama adalah bertanya. Petunjuk dari ibu yang pertama  kita ikutin, eh koq balik ke jalan pertama kita masuk Pangururan. Ada kantor polisi singgah dulu, celingak celinguk melihat ke dalam, gak ada orang. Sepi!! Aha, ada bapak di seberang jalan, nanya jalan di lanjutin ngobrol sebentar tentang marga apa dan boru apa. Satu yang pasti untuk orang Batak ikatan marga itu kuat banget. Ternyata dari gerbang selamat datang di Pangururan itu kita cukup belok kiri untuk menuju Desa Sianjur Mula-Mula, untuk meyakinkan diri kita bertanya 2 kali lagi dengan orang sekitar. Wah cukup membingungkan juga karena udah sempat muter-muter, perjalanan di lanjutkan semoga aja yah bener jalannya. ^^


Parapat di pagi hari saat menyebrang




You may also like

No comments: