Gunung Sibayak Awal Jatuh Cinta Dengan Ketinggian

/
0 Comments
Kawah Gunung Sibayak
Sejujurnya aku tuh takut dengan ketinggian, terkadang berdiri di atap rumah dan melihat ke arah jalan raya di bawah rasanya udah deg deg an berlebih dan kaki jadi dingin. Cuma entah kenapa akhirnya aku jatuh cinta dengan ketinggian, berusaha untuk mencapai dataran tinggi dan menikmati pesona alam, bahasa mudahnya mendaki gunung. Nah, aku tidak tergabung dalam klub pecinta alam, atau pun klub pendaki gunung, jadi naik gunungnya bareng anak-anak yang kebetulan mau  naik aja. Aku bergabung dengan komunitas anak yang hobbynya sama yaitu jalan-jalan, mau gunung, pantai atau kota hayuk ajah ^0^.

Tahun 2011 tepatnya tanggal 3 Desember ikut-ikutan teman mendaki ke Gunung Sibayak di kota Berastagi. Belum pernah mendaki jadi ini adalah Gunung pertamaku, sebelum nya berdoa dulu "Tuhan semoga aku ga pingdan dan merepotkan orang nantinya, dan semoga perjalanan ini berjalan dengan lancar dan selamat hingga turun nanti." Gunung Sibayak adalah kelas gunung berapi aktif yang memiliki uap panas dengan ketinggian 2.094 meter dpl berlokasi di dataran tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara  dengan posisi koordinat puncaknya adalah berada pada 97°30′BT dan 4°15′LS. Puncak tertinggi dari Gunung Sibayak bernama “Takal Kuda”. Ini adalah bahasa Karo yang berarti “Kepala Kuda”. Sibayak berrati raja, sehingga gunung ini di sebut gunung raja konon katanya Tanah Karo di pimpin oleh 4 Raja yaitu Sibayak lingga, Sarinembah, Suka, Barusjahe dan Kutabuluh. (sumber : wikipedia)

Narsis sebelum Turun
Nah kali ini aku pergi bersama anak SGC, Sendal Gunung Community yang aku ketemu di Goa Patu Rizal sebulan lalu, ntar deh aku ceritain di blog berkutnya. Jam 6 sore berangkat menuju Berastagi, naik bus umum bersama sekitar 15 anak-anak SGC dan tiba pukul 8 malam. Membeli perlengkapan dan beres-beres pendakian di mulai jam 9 malam, di mulai dari Tugu Kota Berastagi. Ada 2 jalur pendakian yang bisa di lewati, jalur wisata dari kota dan jalur hutan dari Pemandian Lau Debuk Debuk. Hari ini pendakian melalui jalur wisata, yaitu jalanan aspal. Waktu itu aku ga tau ada jalur lain buat ke puncak, namanya ikut-ikutan jadi aku manut saja. 

Jalanan yang longsor
Selama tiga jam kami mendaki jalan aspal menuju puncak sambil ngobrol dan istirahat kalau sudah lelah. Selama perjalanan aku mencoab untuk mengenali satu per satu siapa saja yangbelum aku kenal, walau gelap tapi masih bsia lah dengan bantuan senter. Hehehe...Lumayan untuk nambah teman. Anaknya asik-asik ^0^. Wah, ternyata ada jalan longsor, mana sudah gelap, harus ekstra hati-hati melangkah. Pelan tapi pasti :)
Jam 12 malam sampai di puncak, masih berjalan untuk mencari lokasi membangun tenda yang nyaman. Aku mendengar bunyi kawah kaya peluit yang bunyi tanpa henti. Wah ini pendakian dan camping pertamaku di gunung. Dinginnnnn dan ga terasa kaos kakiku mulai lembab. 

Doraemon Kecilku
Sampai di lokasi yang pas, sebagian anak-anak buat tenda, ada yang buat api unggun untuk masak air dan buat kopi atau teh, dan aku????? Aku duduk manis terus jalan sana, jalan sini nanya-nanya ke teman-teman tentang gunung Sibayak. Wah ga sampai 5 menit tehnya yang tadinya panas malah jadi dingin. Sekitar jam 2 pagi beberapa orang sudah mulai tidur,  aku masih asyik ngobrol dengan Zack, Fahmi dan Soly sambil menikmati malam. Malam ini indah seklai, syukurnya cuaca cerah dan ga hujan, langit cerah. Keliatan tebing-tebing bukit tersusun rapi dan berwarna lebih gelap dari langit, kemudian di langit banyak bintang. Bintangnya berasa dekat sekali, ini indah banget dan aku suka. Aku bengong sesaat, semua ini baru aku lihat di buku cerita anak-anak yang baru di beli di Gramedia. Imajinasiku bekerja dan aku menikmatinya. Terlalu kekanak-kanakan, bodoh amat deh yaa.. hehe

Puncak Gunung Sinabung
Setelah puas menikmati malam, aku beristirahat sebentar di dalam tenda, masih aja dingin dan tertidur sebentar. Dari gunung Sibayak kita tidak bisa menikmati sunrise, tapi tidak apa kita masih bisa menikmati pagi. Puncak gunung Sinabung terlihat jelas pagi itu, karena belum tertutup kabut. Tebing-tebing yang tadi malam hitam pekat hari ini terlihat jelas dan indah. Beberapa teman sudah bangun dan kita bersama berjalan ke arah kawah. Kawah Belerang Gunung Sibayak masih menyimpan kemegahannya. Di dalam kawah ini terletak batu cadas dengan kawah belerang seluas 40.000 meter. Kandungan solfatara membuatnya tak berhenti menyemburkan uap panas dan merupakan sumber bunyi seperti peluit yang aku dengar tadi malam. 

Tebing Gunung Sibayak
Mengabadikan momen dulu bareng teman-teman, dan kemudian di lanjutkan menikmati sarapan. Indahnya pagi ini g akalah dengan indah tadi malam. Persediaan air menipis, aku mengikuti Zack dan Soly ke sungai pandan. Ada mata air yang mengalir di sini, dan menjadi sumber air bagi orang-orang yang camping. Mata air ini muncul dari sela sela bebatuan gunung, dan ada aliran sungai kecil yang bening banget. Di hiasi dengan hijau lumut yang tumbuh di sekitarnya, airnya dingin. Air pegunungan Sibayak yang mengalir terus ini adalah salah satu sumber air untuk air kemasan merek "Aqua". Sepanjang perjalanan bisa melihat indahnya hutan dan susunan tebing serta bukit di sekitar Gunung Sibayak. Kita lanjut mendaki sedikit ke atas, dari atas kita bisa melihat Desa Lau debuk-debuk wah kerenn banget. Perjalanan ini membuat aku jatuh cinta dengan ketinggian. Seneng ^0^ Takut yang sebelumnya ada malah hilang. hehehe...

Pemandangan dari Puncak

Sungai Pandan
Setelah membereskan perlengkapan, kami pun memutuskan untut turun. Nah turunnya naik angkot. Aku tebodoh sedikit lucu banget koq naik angkot, tapi ya udahlah ngantuk juga. hehe... Ga sampai sejam udah ada di Kota Berastagi lagi. Sebelum balik ke Medan makan dulu, laper. Aku ga ikut anak-anak makan di warung Padang karen aku ingin makan masakan khas Karo di sana. Ah iya, mayoritas anak-anak duduknya di atas bus dan aku ga ikut, sebenarnya ingin cuma aku udah janji ke ayahku untuk ga naik. Jadi aku duduk manis di dalam deh. Hehehe... lagi proses untuk mendapat kepercayaan juga saat itu. Pasti seru, menguji adrenalin dan ini udah pernah masuk acara tv karena di anggap sebagai salah satu kegiatan ekstrim mengingat jalan yang di lewati dan kebutnya si supir. hehe....

Walaupun udah lama, perjalanan ini tetap aku ingat dan masih membuat aku ingin kembali mendakinya melalui jalur debuk-debuk. Lain kali mungkin kalau masih ada jodoh ^
Narsis di Dekat Kemah



You may also like

No comments: