Menyapa Kota Asem Arang ^0^

/
0 Comments
Lawang Sewu malam hari 
23 Mei 2013, Jam 11 malam akhirnya tiba di sebuah kota besar nomor 5 di Indonesia, yaitu Semarang ibukota dari Jawa Tengah. Menunggu di jemput di terminal bus Joglo Semar, sekeliling tampak sunyi tapi masih ada beberapa aktivitas warga yang berjualan, menarik becak dan menawarkan jasa taxi. Kita bertiga dari Medan hari ini, transit via Jakarta menuju Yogyakarta dan naik bus ke kota ini. 3 jam lebih naik bus dengan tarif Rp. 40.000.

Asem Arang itu adalah asal kata “Semarang”
(sumber: http://antarinformasi.blogspot.com/2012/11/asal-usul-nama-semarang.html)
Pada akhir abad 15, seorang Pangeran dari Kesultanan Demak yang bernama Made Pandan pergi mencari daerah baru untuk menyebarkan ajaran Agama Islam. Sampai akhirnya dia ketemu dengan daerah Bergota (cikal Bakal Semarang). Di sana Pangeran Made Pandan dibantu anaknya yang bernama Raden Pandan Arang, lalu mereka mendirikan pesantren. Lama kelamaan daerah itu tanahnya menjadi semakin subur, dan dari situ tumbuhlah pohon asam yang tumbuhnya arang (jarang) lalu kemudian disebut Asem Arang. Makanya daerah itu lama kelamaan dikenal dengan sebutan Semarang.

Foto Bareng Bang Bowo dkk ^0^
3 sepeda motor muncul, heii itu Bowo dan teman-teman, teman yang aku kenal di komunitas Couchsurfing. Malam ini kita ga langsung pulang dan tidur, tapi menikmati Wedang Pak Jo. Ehem, sebenarnya aku ga terlalu doyan wedang, hanya saja Bowo rekomen banget, ini wedang paling enak di Semarang dan aku harus coba. Dan yaa bener ini wedang enak banget, untuk pertama kalinya aku bisa menghabiskan segelas wedang jahe dengan susu. Oh iya demi kita si Bapak tetep buka lho, so special, biasanya jam 10.30 malam udah tutup. Hehe

Gereja Blenduk di malam hari
Ngitar kota Semarang malam hari asyik banget, kita menuju daerah kota lama, yang di jadiin lokasi syuting film Soe Hok Gie dan Tanda Tanya, eh ternyata si Bowo ikut dalam film ini. Gedung-gedung tuanya keren banget, masih terlihat kokoh tapi sebagian besarnya sudah tidak terawat. Ikon kota lama adalah Gereja Blenduk yang di bangun tahun 1753, bentuk gereja ini jauh lebih menonjol dibandingkan dengan bangunan lain di kota lama dan mudah untuk di kenali. Selanjutnya kita singgah ke Tugu Muda, tugu ini di buat untuk memperingati perang lima hari yang pernah terjadi di Semarang untuk memperingati jasa para pahlawan yang telah gugur. Tugu muda berseberangan dengan Lawang Sewu rumah tua yang punya 1000 pintu dan memiliki kesan mistis, tapi indah apalagi di malam hari.  Eh ada sesuatu yang unik, ada tukang pijet di kaki lima, cuma 30.000. hehe…. Mari pijit !!!

Malam ini menginap di rumah Mbak Alia di daerah Taman Sari Majapahit, temen dari komunitas juga. Pukul 12.30 malam dan waktunya istirahat tanpa ada tuan rumah. Tapi ini lah komunitas saling percaya dan saling menjaga kepercayaan. Kita di tungguin sama pembantunya Mbak Alia. Jam 8 pagi kita pamit menuju ke Makro untuk bertemu dengan teman BPI Regional Semarang Rivai. Naik angkot modal bertanya warga kita pun sampai ke Makro. Tujuan pertama adalah makan dulu, pilihan jatuh ke Sup Klaten Pak Min, nasi dengan sup ayam. Yang unik adalah pilihan sup campur, nasinya langsung di campur. Rasanya agak hambar tapi berhubung laper makan dah, beli air minum dan perjalanan di mulai. Kita nge trip naik angkot dan jalan kaki kasian banget si Rivai dan dua orang yang ikut aku Vincent dan Dian, aku paksa jalan. Huehhe

Mesjid Agung Jawa Tengah jadi tujuan pertama, mesjid yang di rancang dengan campuran Jawa, Islam dan Romawi di bangun tahun 2001.Bangunan utama masjid beratap limas khas bangunan Jawa namun dibagian ujungnya dilengkapi dengan kubah besar berdiameter 20 meter ditambah lagi dengan 4 menara masing masing setinggi 62 meter ditiap penjuru atapnya sebagai bentuk bangunan masjid universal Islam lengkap Dengan satu menara terpisah dari bangunan masjid setinggi 99 meter. Gaya Romawi terlihat dari bangunan 25 pilar dipelataran masjid. Pilar pilar bergaya koloseum Athena di Romawi dihiasi kaligrafi kaligrafi yang indah, menyimbolkan 25 Nabi dan Rosul, di gerbang ditulis dua kalimat syahadat, pada bidang datar tertulis huruf Arab Melayu “Sucining Guno Gapuraning Gusti“. Daya tarik lain dari masjid ini adalah Menara Al Husna atau Al Husna Tower yang tingginya 99 meter. Bagian dasar dari menara ini terdapat Studio Radio Dais (Dakwah Islam). Sedangkan di lantai 2 dan lantai 3 digunakan sebagai Museum Kebudayaan Islam, dan di lantai 18 terdapat Kafe Muslim yang dapat berputar 360 derajat. Lantai 19 untuk menara pandang, dilengkapi 5 teropong yang bisa melihat kota Semarang. Pada awal Ramadhan 1427 H lalu, teropong di masjid ini untuk pertama kalinya digunakan untuk melihat Rukyatul Hilal oleh Tim Rukyah Jawa Tengah dengan menggunakan teropong canggih dari Boscha. (sumber:wikipedia). Sayang sekali liftnya sedang dalam perbaikan, sehingga saya dan teman-teman tidak bisa menuju puncak untuk menikmati keindahan kota semarang dari atas.

Waktunya Sholat Jumat, anterin Rivai ke mesjid dulu eh salah, wkwkw menuju mesjid terdekat, karena kita udah ninggalin MAJT 30 menit lalu. Selagi dia beribadah, kami awalnya nangkring di pinggir jalan kota tapi membosankan, akhirnya menuju mesjid dan duduk di lesehan depan mesjid mencoba tahu gimbal. Tahu goreng di kasih bumbu kacang, peyek udang dan kerupuk, enak juga. Ada yang kelupaan tadi di pinggir jalan penasaran dengan es kuwud, awalnya ga niat beli atau tepatnya malu ya udah gede malah jajan pinggir jalan, tapi refleks aku berbalik dan beli. Ternyata enak banget air kelapa yang di kasih serutan melon dan air jeruk nipis, udah seger murah juga cuma Rp. 2000 asikk banget.



Ini Rivai, haha di paksa secara halus untuk nemanin kita buat jalan di Semarang. Anaknya baik karena saat itu dia ga sakit. hehehe ... Detail dan ternyata hobby jalan kaki punya ibu yang jago masak, jadi nanti lain kali kalau ke sana mau minta di masakin nasi gudang. hehe ^o^

Nah yang ini Icha nyusul kita waktu saat di kuil Sam Poo Kong, terharu sampai datang buat ketemu kita.. Asik banget, gimana coba ga suka di sini, anaknya aja sebaik ini ^0^ kalo mau beli paket wisata dan tiket pesawat boleh lewat dia, hemat pastinya :)











Kuil Sam Poo Kong

“Tidak sah kalau ke Semarang tapi tidak ke Kuil Sam Poo Kong”, merah mendominasi warna kuil seperti pada umumnya, bangunannya kokoh dan megah dan terlihat ada patung besar berdiri tegak dialah Laksamana Cheng Ho, dulunya dia adalah seorang Panglima Cina yang beragama Muslim. Ada sebuah kuil yang besar dan lebar baru di bangun. Saya tidak ikut doa, karena jujur saya ga ngerti, cuma doa dalam hati aja. Vincent dan Dian masuk ke dalam untuk doa. Aku, Rivai dan Icha (anak BPI Semarang) ngobrol sambil berfoto ria. Menurut cerita mereka yang doa di dalam selesai pasang dupa mereka di kasih kemenyan, kemudian di bawa ke bagian belakang kuil, di beri ke juru kunci kemudian boleh meminta apa atau bertanya tentang apa yg kita inginkan. Kemudian juru kunci itu membaca doa dalam bahasa Arab. Sebungkus bunga untuk mandi dan sekantong bubuk teh untuk di minum di berikan oleh juru kunci itu. Nah ini ga aneh sih, malah keren dan unik sebuah pembauran budaya ada di Semarang dan ga menjadi masalah yang besar.  

Rumah 1000 pintu, aku datang. Sewaktu berjalan ada pengamen, tapi bukan sembarang pengamen, mereka dandan seperti wayang, duduk di ujung jembatan memainkan musik. Kalau ga salah ada  pria dan 1 wanita yang bernyanyi dan menari. Ini keren banget, selain untuk mencari nafkah buat hidup, ini secara ga langsung udah melestarikan budaya Indonesia yang hampir terlupakan karena masuknya budaya luar. Mengingat waktu yang terbatas, aku ga bisa mampir dan ngobrol, mau foto juga segan. Naik angkot 1 x dan inilah dia bangunan megah yang tadi malam aku mampir. Megah banget, bagian luar sudah di cat ulang dan kelihatan bagus, masuk ke halaman belakang masih terlihat sisa warna bangunan tua.  Aku suka banget, pantes aja namanya lawang sewu (lawang : pintu, sewu: 1000) hampir semua bangunan disini ada pintu, bagian depan belakang dan tengah. Bangunan ini di buat tahun 1904 dan dengan pondasi yang kuat. Lawang Sewu ini penuh mistis konon katanya banyak penghuni selain manusia. Ya, aku sih santai aja, emang si auranya agak suram dan berasa dingin dan bisa merinding di beberapa tempat. Cuma ya udah lah, yang penting niat datang itu baik dan gak bermaksud jahat. Selesai mutar di atas dan foto-foto mari menuju bunker (bawah tanah). Fridh bilang ga sah kalo ke sini ga turun ke bawah, iuh aku liat pintunya aja uda merinding, gelap dan dingin. Akhirnya kita turun harus memakai sepatu boot dan bayar tambahan 10.000 untuk guide.

Menuruni tangga aku uda mulai diam, hehe. Dingin dan agak berat. Mudah-mudahan ini karena bunkernya pengap. Tangga terakhir dan aku melihat bak bak kecil ada yang panjang dan ada yang petak-petak. Tarik nafas dan tenangin diri, ikuti langkah orang di depan dan sebisa mungkin gak banyak bicara. Beberapa lampu di pasang untuk penerangan tapi hasilnya temaram. Menurut sang guide bungker ini di gunakan untuk menampung air bersih pada zaman dahulu, nah sampai sekarang lantai bunker tetep tergenang air dan di pompa untuk mengeluarkannya. Ada beberapa celah yang bisa melihat keluar tapi kecil. Sama dengan di atas di bunker ini banyak lorong-lorong salah masuk lorong maka ada kemungkinan ga bisa balik. Teteplah bersama guide anda.

Aku dapat cerita tentang  penjara bawah tanah ini  Penjara Jongkok; lima sampai sembilan orang dimasukan dalam sebuah kotak sekitar 1,5 x 1,5 meter dengan tinggi sekitar 60 cm, mereka jongkok berdesakan lalu 'kolam' tersebut diisi air seleher kemudian kolam tersebut ditutup terali besi sampai mereka semua mati, terdapat 16 kolam dalam setiap ruangan, 8 ruangan bagian kanan dan 8 bagian kiri, ratusan kolam.Penjara Berdiri; karena banyaknya orang yang ditangkap, dan penuhnya kolam penyiksaan mereka membuat tempat baru. Lima sampai enam orang dimasukan dalam sebuah kotak sekitar 60 cm x 1 meter, mereka berdiri berdesakan kemudian ditutup pintu besi sampai mereka semua mati.Dipenggal; jika dalam seminggu mereka yang di penjara jongkok dan penjara berdiri masih hidup maka kepala mereka dipengggal dalam ruangan khusus.menggunakan bak pasir untuk mengumpulkan mayat tersebut.semua mayat dibuang ke kali kecil yang terletak disebelah gedung tersebut. Ruang bawah tanah ini berubah fungsi saat masa penjajahan Jepang, dari tempat menampung air menjadi tempat tahanan. Di sekitar penjara berdiri aku mencium wangi bunga, dan semakin pengap pada akhirnya aku bertanya pada guide masih lama kah untuk keluar dari bungker. Karena aku sudah ingin keluar. Hehe…

bareng anak BPI Semarang 
Selesai wisata bunker kita keluar dari Lawang Sewu, dan ada yang terlupakan, lupa beli tiket untuk balik ke Yogya dan kita kehabisan tiket. Hahaha… masih nyantai menuju Oen, restoran yang uda ada dari zaman Belanda dulu, kaya Tip Top lah di Medan. Seneng akunya, es krim di restoran tua. Ampe si Fridh Tanya, emang di Medan ga ada? Wkwkw ada sih tapi kan tiap tempat punya daya tarik sendiri, sampai di sini ketemu lagi beberapa anak BPI Semarang, ada Sheriff dan Bening. Ada beberapa yang uda kenal tapi ga sempat ketemu karena waktu yang ga tepat. Suasana Oen asik, es krimnya enak, cuma Tip Top tetep lebih enak.  Selesai ngobrol dan makan bentar kita menuju ke terminal umum untuk mencari bus balik ke Yogya. Tetep deh Rivai dengan setia mengantar dan menunggu kita, terharu euy ampe dia telat masuk kerja. Semua bus penuh dan kita dapat bus private terakhir. Tertolong juga. Intinya untuk trip lain kali harus beli bus pp. See you Semarang, aku pasti balik lagi, selain kotanya memikat orang-orangnya juga mengasikkan.


You may also like

No comments: